RSS

LAPORAN PENDAHULUAN ANAK DENGAN DENGUE HEMORAGHIC FEVER (DHF)



A.     Pengertian Demam berdarah Dengue
Suatu penyakit akut yang disebabkan oleh virus yang ditularkan oleh nyamuk Aedes Aegypti. Puncak kasus Demam berdarah Dengue terjadi pada musim hujan.
Penyakit Demam Berdarah (DBD) adalah penyakit menular berbahaya yang disebabkan oleh virus, menyebabkan gangguan pada pembuluh darah kapiler dan sistem pembekuan darah sehingga mengakibatkan perdarahan, dapat menimbulkan kematian, penyebab penyakit adalah virus yang mengganggu pembuluh darah kapiler dan pada sistem pembekuan darah, sehingga mengakibatkan perdarahan- perdarahan.

B.      Etiologi Demam berdarah Dengue
Virus Dengue serotipe 1,2,3,4 yang ditularkan melalui vektor nyamuk Aedes Aegypti.

C.      Tanda dan Gejala
Tanda dan gejala bervariasi menurut umur dan dari penderita.
Pada bayi dan anak kecil (muda) penyakit ini mungkin tidak terdiferensiasi atau ditandai oleh demam 1-5 hari, radang faring, rhinitis dan batuk ringan. Pada wabah sebagian besar yang terinfeksi adalah anak yang lebih tua.
Sesudah masa inkubasi 1-7 hari, ada demam yang dimulai mendadak, yang ringan cepat naik sampai 39,4-41,10C, biasanya disertai dengan nyeri frontal. Kadang-kadang, nyeri punggung mendahului demam. Ruam sementara, menyeluruh yang memucat pada penekanan dapat dilihat selama 24-48 jam pertama demam. Frekuensi nadi mungkin lambat relatif terhadap tingkat demam. Dari demam hari 2-6, limfadenopati menyeluruh, hiperanestesia kulit, penyimpangan rasa, mual dan muntah dan anoreksia yang menonjol terjadi
Epistaksis, petekie dan lesi purpura tidak biasa tetapi dapat terjadi pada setiap stadium. Darah yang tertelan dari epistaksis dimuntahkan atau lewat melalui rektum, mungkin secara salah diinterpretasi sebagai perdarahan saluran cerna.
Klinis
1.       Demam tinggi dengan mendadak dan terus-menerus selama 2-7 hari.
2.       Manifestasi perdarahan termasuk setidak-tidaknya bendungan positif dan bentuk lain (petekie, purpura, ekimosis, epistaksis, perdarahan gusi), hematemesis atau melena.
3.       Pembesaran hati.
4.       Syok yang ditandai oleh nadi lemah, cepat disertai tekanan nadi menurun, TD menurun disertai kulit yang teraba dingin dan lembab terutama pada ujung hidung, jari dan kaki, pasien menjadi gelisah, timbul sianosis disekitar mulut.

D.     Patofisiologi
Virus hanya dapat hidup dalam sel hidup sehingga harus bersaing dengan sel manusia terutama dalam kebutuhan protein. Persaingan tersebut sangat tergantung pada daya tahan manusia.
Sebagai reaksi terhadp infeksi terjadi (1) aktivasi sistem komplemen sehingga dikeluarkan zat anafilatoksin yang menyebabkan peningkatan permeabilitas kapiler dan terjadi perebesan plasma dari ruang intravaskuler ke ruang ektravaskuler (2) agregasi trombosit menurun, apabila kelainan ini berlanjut akan menyebabkan kelainan fungsi trombosit sebagai akibat mobilisasi sel trombosit muda dari sumsum tulang. (3) kerusakan sel endotel pembuluh darah akan merangsang / mengaktivasi faktor pembekuan.
Ketiga faktor menyebabkan (1) Peningkatan permeabilitas kapiler       (2) Kelainan hemostaksis yang disebabkan oleh vaskulopati, trombositopenia dan koagulopati.
E.      Klasifikasi Demam Berdarah Dengue
1.      Derajat I
a.          Demam disertai gejala klinis lain, tanpa perdarahan spontan
b.         Uji tourniquet (+)
c.          Trombositopenia
d.         Hemokonsentrasi
2.      Derajat II
Derajat I disertai perdarahan spontan pada kulit atau ditempat lain
3.      Derajat III
Ditemukan kegagalan sirkulasi yaitu
a.          Nadi cepat dan lemah
b.         Tekanan darah rendah (hipotensi)
c.          Gelisah
d.         Sianosis sekitar mulut, dan ujung jari
4.      Derajat IV
a.          Dengue Shock Sindrome dengan nadi tak teraba
b.         Tekanan darah tak dapat diukur

F.       Indikator Fase Syok
1.       Hari sakit ke 4-5
2.       Suhu turun
3.       Nadi cepat tanpa demam
4.       Tekanan nadi turun / hipotensi
5.       Leukopenia < 5000 /mm3

G.     Cara penularan
1.      Penyakit demam berdarah ditularkan oleh nyamuk aedes aegypti yang mengandung virus dengue. Ciri-ciri nyamuk aedes aegypti :
2.      Berwarna hitam dan belang-belang (loreng) putih pada seluruh tubuh
3.      Berkembang biak ditempat penampungan air dan barang-barang yang memungkinkan air tergenang seperti : bak mandi, tempayan, drum, vas bunga dan ban bekas dll
4.      Nyamuk aedes aegipty tidak dapat berkembang biak diselokan / got atau kolam yang airnya langsung berhubungan dengan tanah
5.      Biasanya menggigit manusia pada pagi hari dan sore hari
6.      Mampu terbang sampai 100 meter

H.     Cara pencegahan Demam berdarah Dengue
1.      Pemberantasan Sarang Nyamuk
a.          Menguras
b.         Menutup
c.          Mengubur tempat yang dimungkinkan berkembangbiaknya nyamuk aedes agypty
2.      Fogging atau pengasapan
3.      Abatesasi

I.        Pemeriksaan Penunjang
Laboratorium
1.       Trombositopenia (< 100.000 /UI)
2.       Hemokonsentrasi nilai (Hematokrit lebih dari 20% dari normal)

J.        Penatalaksanaan
1.      Tirah baring atau istirahat baring
2.      Diet makan lunak
3.      Minum banyak (2-2,5 liter / 24 jam ) dapat berupa susu, teh manis, sirop dan beri penderita oralit, pemberian cairan merupakan hal yang paling penting bagi penderita Demam Berdarah Dengue.
4.      Pemberian cairan intravena (biasanya Ringer laktat atau NaCl)
5.      Monitor tanda-tanda vital tiap 3 jam
6.      Periksaan Hb, Ht dan trombosit setiap hari
7.      Pemberian obat antipiretik sebaiknya dari golongan acetaminofen, eukinin atau dipiron (kolaborasi dengan dokter).
8.      Berikan kompres dingin
9.      Monitor tanda-tanda perdarahan
10.  Pemberian antibiotik bila terdapat kekuatiran infeksi sekunder
11.  Monitor tanda-tanda renjatan meliputi keadaan umum, perubahan tanda-tanda vital, hasil pemeriksaan laboratorium yang memburuk
12.  Bila timbul kejang dapat diberikan diazepam (kolaborasi dengan dokter)
Ada Lanjutannya lho..Baca Yuks?!
  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS
Read User's Comments0

LAPORAN PENDAHULUAN KEJANG DEMAM



A.    PENGERTIAN
Kejang merupakan perubahan fungsi otak mendadak dan sementara sebagai akibat dari aktivitas neuronal yang abnormal dan pelepasan listrik serebral yang berlebihan.(betz & Sowden,2002)
Kejang demam ialah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh ( suhu rektal diatas 380 C) yang disebabkan oleh proses ekstrakranium.
Jadi kejang demam adalah kenaikan suhu tubuh yang menyebabkan perubahan fungsi otak akibat perubahan potensial listrik serebral yang berlebihan sehingga mengakibatkan renjatan berupa kejang.

B.    ETIOLOGI
Infeksi ekstrakranial , misalnya OMA dan infeksi respiratorius bagian atas

C.    PATOFISIOLOGI
Peningkatan suhu tubuh dapat mengubah keseimbangan dari membran sel neuron dan dalam waktu singkat terjadi difusi ion kalium dan natrium melalui membran tersebut dengan akibat teerjadinya lepas muatan listrik. Lepas muatan listrik ini demikian besarnya sehingga dapat meluas keseluruh sel maupun membran sel sekitarnya dengan bantuan bahan yang disebut neurotransmiter dan terjadi kejang. Kejang demam yang terjadi singkat pada umumnya tidak berbahaya dan tidak meninggalkan gejala sisa. Tetapi kejang yang berlangsung lama ( lebih dari 15 menit ) biasanya disertai apnea, meningkatnya kebutuhan oksigen dan energi untuk kontraksi otot skelet yang akhirnya terjadi hipoksemia, hiperkapnia, asidosis laktat yang disebabkan oleh metabolisme anaerobik, hipotensi arterial disertai denyut jantung yang tidak teratur dan suhu tubuh makin meningkat yang disebabkan oleh makin meningkatnya aktivitas otot, dan selanjutnya menyebabkan metabolisme otak meningkat. Faktor terpenting adalah gangguan peredaran darah yang mengakibatkan hipoksia sehingga meningkatkan permeabilitas kapiler dan timbul edema otak yang mngakibatkan kerusakan sel neuron otak. Kerusakan pada daerah medial lobus temporalis setelah mendapat serangan kejang yang berlangsung lama dapat menjadi matang dikemudian hari sehingga terjadi serangan epilepsi spontan, karena itu kejang demam yang berlangsung lama dapat menyebabkan kelainan anatomis diotak hingga terjadi epilepsi.

Infeksi ekstrakranial : suhu tubuh
 

D.    MANIFESTASI KLINIK
1.     Kejang parsial ( fokal, lokal )
a.      Kejang parsial sederhana :
Kesadaran tidak terganggu, dapat mencakup satu atau lebih hal berikut ini :
  Tanda – tanda motoris, kedutan pada wajah, atau salah satu sisi tubuh; umumnya gerakan setipa kejang sama.
  Tanda atau gejala otonomik: muntah, berkeringat, muka merah, dilatasi pupil.
  Gejala somatosensoris atau sensoris khusus : mendengar musik, merasa seakan ajtuh dari udara, parestesia.
  Gejala psikis : dejavu, rasa takut, visi panoramik.

b.      Kejang parsial kompleks
  Terdapat gangguankesadaran, walaupun pada awalnya sebagai kejang parsial simpleks
  Dapat mencakup otomatisme atau gerakan otomatik : mengecap – ngecapkan bibir,mengunyah, gerakan menongkel yang berulang – ulang pada tangan dan gerakan tangan lainnya.
  Dapat tanpa otomatisme : tatapan terpaku

2.     Kejang umum ( konvulsi atau non konvulsi )
a.      Kejang absens
  Gangguan kewaspadaan dan responsivitas
  Ditandai dengan tatapan terpaku yang umumnya berlangsung kurang dari 15 detik
  Awitan dan akhiran cepat, setelah itu kempali waspada dan konsentrasi penuh
 b.      Kejang mioklonik
  Kedutan – kedutan involunter pada otot atau sekelompok otot yang terjadi secara mendadak.
  Sering terlihat pada orang sehat selaam tidur tetapi bila patologik berupa kedutan keduatn sinkron dari bahu, leher, lengan atas dan kaki.
  Umumnya berlangsung kurang dari 5 detik dan terjadi dalam kelompok
  Kehilangan kesadaran hanya sesaat.
 c.      Kejang tonik klonik
  Diawali dengan kehilangan kesadaran dan saat tonik, kaku umum pada otot ekstremitas, batang tubuh dan wajah yang berlangsung kurang dari 1 menit
  Dapat disertai hilangnya kontrol usus dan kandung kemih
  Saat tonik diikuti klonik pada ekstrenitas atas dan bawah.
  Letargi, konvulsi, dan tidur dalam fase postictal
 d.     Kejang atonik
  Hilngnya tonus secara mendadak sehingga dapat menyebabkan kelopak mata turun, kepala menunduk,atau jatuh ke tanah.
  Singkat dan terjadi tanpa peringatan.

E.    KOMPLIKASI
1.     Aspirasi
2.     Asfiksia
3.     Retardasi mental

F.     UJI LABORATORIUM DAN DIAGNOSTIK
1.     Elektroensefalogram ( EEG ) : dipakai unutk membantu menetapkan jenis dan fokus dari kejang.
2.     Pemindaian CT : menggunakan kajian sinar X yang lebih sensitif dri biasanya untuk mendeteksi perbedaan kerapatan jaringan.
3.     Magneti resonance imaging ( MRI ) : menghasilkan bayangan dengan menggunakan lapanganmagnetik dan gelombang radio, berguna untuk memperlihatkan daerah – daerah otak yang itdak jelas terliht bila menggunakan pemindaian CT
4.     Pemindaian positron emission tomography ( PET ) : untuk mengevaluasi kejang yang membandel dan membantu menetapkan lokasi lesi, perubahan metabolik atau alirann darah dalam otak
5.     Uji laboratorium
§  Pungsi lumbal : menganalisis cairan serebrovaskuler
§  Hitung darah lengkap : mengevaluasi trombosit dan hematokrit
§  Panel elektrolit
§  Skrining toksik dari serum dan urin
§  GDA
§  Kadar kalsium darah
§  Kadar natrium darah
§  Kadar magnesium darah

G.   PENATALAKSANAAN MEDIS
1.     Memberantas kejang Secepat mungkin
Diberikan antikonvulsan secara intravena jika klien masih dalam keadaan kejang, ditunggu selama 15 menit, bila masih terdapat kejang diulangi suntikan kedua dengan dosis yang sama juga secara intravena. Setelah 15 menit suntikan ke 2 masih kejang diberikan suntikan ke 3 dengan dosis yang sama tetapi melalui intramuskuler, diharapkan kejang akan berhenti. Bila belum juga berhenti dapat diberikan fenobarbital atau paraldehid 4 % secara intravena.
2.     Pengobatan penunjang
Sebelum memberantas kejang tidak boleh Dilupakan perlunya pengobatan penunjang
-  Semua pakaian ketat dibuka
-  Posisi kepala sebaiknya miring untuk mencegah aspirasi isi lambung
-  Usahakan agar jalan nafas bebas untuk menjamin kebutuhan oksigen, bila perlu dilakukan intubasi atau trakeostomi.
-  Penhisapan lendir harus dilakukan secara tertur dan diberikan oksigen.
3.     Pengobatan rumat
-  Profilaksis intermiten
Untuk mencegah kejang berulang, diberikan obat campuran anti konvulsan dan antipietika. Profilaksis ini diberikan  sampai kemungkinan sangat kecil anak mendapat kejang demam sederhana yaitu kira - kira sampai anak umur 4 tahun.
-  Profilaksis jangka panjang
Diberikan pada keadaan
-  Epilepsi yang diprovokasi oleh demam
-  Kejang demam yang mempunyai ciri :
-         Terdapat gangguan perkembangan saraf seperti serebral palsi, retardasi perkembangan dan mikrosefali
-         Bila kejang berlangsung lebih dari 15 menit, berdifat fokal atau diikiuti kelainan saraf yang sementara atau menetap
-         Riwayat kejang tanpa demam yang bersifat genetik
-         Kejang demam pada bayi berumur dibawah usia 1 bulan
4.     Mencari dan mengobati penyebab
Ada Lanjutannya lho..Baca Yuks?!
  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS
Read User's Comments0
Free Music Online
Free Music Online

free music at divine-music.info